KOMUNITAS SANT’EGIDIO: PUSAT BANTUAN KEMANUSIAAN KAMANASA, MALAKA MENJANGKAU DAERAH TERISOLASI

Beberapa Daerah Terisolir yang Terdampak Bencana Topan Tropis Seroja Masih Membutuhkan Perhatian dan Bantuan. Para Lansia, Anak-Anak dan Orang Dewasa yang Menunggu Rumah Sementara Angota Keluarga yang Lain Mengungsi Ke Tempat yang Aman Menjadi Prioritas.

“Tanggap Darurat”

Saat ini bencana yang menimpa Nusa Tenggara Timur, pulau Flores, Adonara, Sumba, Lembata, Timor dan sekitarnya telah ditetapkan  menjadi status tanggap darurat sejak tanggal 6 April sampai 5 Mei 2021 mendatang. Hal ini dilakukan oleh pemerintah setelah melihat dampak sangat parah yang diakibatkan bencana angin siklon tropis yang menimpa Ibu Kota Kupang, dan 21 Kabupaten di wilayah NTT sejak 2 April hingga 5 April lalu.

Sejauh ini data yang dihimpun dari seluruh daerah terdampak ada 138 orang kehilangan jiwa dan 61 orang sampai saat ini masih dinyatakan hilang. Sedangkan kerugian material di sektor perumahan 1.114 unit.

 

Pusat Distribusi Bantuan Komunitas Sant’Egidio

Dari beberapa daerah yang terdampak langsung, Sant’Egidio berhasil mengaktifkan jaringan solidaritas dan hadir di daerah Kamanasa, Kabupaten Malaka dengan mendirikan Pusat Distribusi Bantuan untuk  warga yang terdampak langsung. Kehadiran Pusat Distribusi ini direspon dengan sangat baik oleh berbagai pihak dan berhasil mendapatkan donasi yang dibutuhkan. Komunitas yang berada di kota terdekat, Atambua, juga berhasil membawa bantuan untuk kebutuhan darurat.

Bersama para pemuda dan warga setempat yang menjadi relawan, sejak hari pertama Pusat Distribusi Bantuan dibuka, Sant’Egdio telah melayani 216 orang, kemudian meningkat menjadi sekitar 500 orang. Dari jumlah yang ada tercatat lansia sekitar 150 orang, 200 anak-anak dan orang dewasa. Bantuan yang disalurkan berupa nasi bungkus dan sembako. Jumlah bantuan dan korban tentu akan terus bertambah mengingat belum semua bisa dijangkau untuk mendapatkan pertolongan pertama, dan hal ini terkait masalah administrasi dan lokasi bencana yang berada di daerah terisolasi.

 

Menerobos Daerah Terisolir

Selain membuka “Dapur Umum” di lokasi Pusat Bantuan, relawan Komunitas Sant’Egidio juga berusaha mencari dan menyisir beberapa desa terisolir yang belum mendapatkan distribusi bantuan karena kondisi medan yang sangat berat dan berisiko. Bantuan ini diantar langsung ke rumah-rumah warga sambil mendata jumlah jiwa yang terdampak dan membutuhkan bantuan berikutnya. Desa terdekat hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki sejauh 2 kilometer. Hal ini dilakukan karena akses untuk kendaraan bermotor belum bisa dilakukan. Diketahui juga pada Rabu, 7 April, Tim SAR berhasil menyelamatkan 3 orang anak setelah terpisah dari orang tua dan terjebak di lokasi bencana banjir sejak 3 April lalu. Anak-anak itu bertahan seadanya hingga area tempat tinggal mereka berhasil dibuka oleh tim penyelamat.

Sampai hari ini, di tengah kondisi pandemi dan situasi darurat di area bencana yang disebabkan fasilitas penerangan dan komunikasi yang belum kembali normal, disertai ancaman kenaikan harga kebutuhan pokok, Komunitas terus berusaha menyediakan bantuan yang masih dibutuhkan oleh para penyintas. Masih dibutuhkan persediaan air bersih, bahan makanan, obat-obatan, vitamin, selimut, kebutuhan perempuan, pakaian dan Genset (Generator Set) untuk menyediakan penerangan bagi pengungsi yang masih menempati tenda darurat maupun ruangan-ruangan yang telah dibuka untuk beristirahat. Terima kasih untuk para relawan dan donatur yang telah membantu.