Sejak dari beberapa waktu saya terjun dalam berbagai situasi konflik. Terutama Republik Afrika tengah dimana saya mengenal kehausan besar akan damai bangsa ini yang sangat menderita. Saya melihat banyak warga-warga Afrika Tengah, orang-orang rendah hati yang biasa hidup dalam damai diantara suku dan agama berbeda, yang jatuh dalam pusaran kekerasan.
Saya berada di kota Bangui selama ada kunjungan Bapa Suci dan pada waktu semua umat berseru ke langit “Ndoye Siriri” , damai dan kasih. […] Saya melihat umat kristiani dan umat muslim kembali lagi bersama, dengan mendampingi Anda di jalan-jalan kota Bangui dengan melambaikan ditangan daun-daun palma. Satu tanda perdamaian di jalan itu yang beberapa hari sebelumnya merupakan teater konflik keras.
Komunitas, atas nama umat Afrika Tengah mengambil inisiatif untuk seruan yang bersuara dari Bangui ke seluruh Dunia. “Kepada mereka yang menggunakan secara tidak adil senjata-senjata di dunia ini ( saya mengatakan) letakkanlah peralatan kematian! “. Oleh karena itu setelah penandatangan persepakatan damai diantara 14 kelompok politik dan bersenjata, kita mulai bekerja di lapangan dengan sebuah proses demilitarisasi kelompok bersenjata […] Di tengah-tengah padang rumput saya bertemu kelompok-kelompok bersenjata dibentuk dari anak-anak muda dan muda sekali untuk memiliki banyak senjata. Mata mereka sebagai anak, tapi perasaan kebencian menjadikan mereka tua dan sedih sekali, karena tidak pernah mengenal sekolah dan pendidikan. Saya melihat kebahagiaan di mata mereka ketika ada usulan untuk meninggalkan senjata dan digantikan dengan pekerjaan dan pendidikan.
Bapa Suci kita harus kembali untuk meyakinkan dunia ini bahwa perdamaian dapat lahir bukan dengan semakin senjata - tapi tanpa senjata. “