Sekolah Damai Sant’Egidio di Jakarta dan Atambua berinisiatif membuka kembali pertemuan terbatas untuk belajar bersama setelah memastikan situasi serta kondisi anak dan pendamping dalam keadaan sehat selama pandemi berlangsung. Secara nasional, data pendidikan menunjukkan bahwa di Indonesia, ada sekitar 646.200 sekolah ditutup dari jenjang pendidikan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) sampai perguruan tinggi. Akibatnya, 68,8 juta siswa belajar di rumah dan 4,2 juta guru dan dosen mengajar dari rumah. Kondisi seperti ini terjadi di seluruh dunia dan menjadi krisis bersama.
Kegiatan ini dilakukan secara bertahap, bertujuan membantu anak-anak yang belum bisa mengikuti aktivitas layanan sekolah formal, agar tetap bisa belajar, tidak lagi kehilangan lebih banyak waktu dan memiliki ruang dan kesempatan berdialog dengan orang yang lebih dewasa mengenai apa saja terkait perasaan dan kondisi mereka selama pandemi ini. Hal ini sangat penting mengingat kondisi isolasi menimbulkan beberapa masalah, seperti adanya tekanan psikologis, kekerasan terhadap anak (5.697 kasus dengan jumlah korban 5.315 per 1 Januari-23 September 2020) hingga masalah adaptasi terhadap kegiatan pendidikan secara daring.
Di Jakarta, Sekolah Damai mulai dengan berkolaburasi bersama orang tua dari anak-anak dan meminjam sebuah ruang di sekitar permukiman mereka untuk beraktivitas bersama. Sedangkan di Atambua, anak-anak Sekolah Damai mendapatkan penyuluhan mengenai bahaya Covid-19 dan bantuan berupa masker dan hand sanitizser. Pendampingan Sekolah Damai disesuaikan dengan kondisi serta situasi di tempat masing-masing agar anak-anak tetap dapat menumbuhkan kompetensi ketika aktivitas pendidikan dan bermain terpaksa harus dibatasi.
Terima kasih kepada para relawan yang memberi energi dan perhatian terhadap situasi yang dialami oleh anak-anak dan berharap lebih banyak orang yang akan terlibat, sehingga inovasi dan karya kolaburasi bisa terealisasi untuk membantu generasi masa depan melewati masa sulit ini.