Minggu 28 Februari 2021, Orang-orang muda Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta membawa bantuan berupa masker kepada beberapa keluarga pemulung yang terdiri dari orang dewasa dan anak-anak di salah satu lokasi pelayanan di Banguntapan, Yogyakarta. Ini adalah gerakan turun ke jalan untuk mengisi “jarak” yang telah tercipta selama pandemi dengan solidaritas, sekaligus menghidupi gagasan “Fratelli Tutti” di masa “New Normal” tentang hidup bersama serta menjadi “Orang Samaria” yang baik bagi satu sama lain.
Sekitar 17 kepala keluarga dan 15 orang anak peserta Sekolah Damai yang selama ini mendapatkan pendampingan berhasil ditemui dan menerima bantuan. Kondisi mereka memprihatinkan karena tidak mempunyai persediaan masker yang cukup dan layak untuk melindungi aktivitas harian, terlebih pada saat harus bekerja di tempat terbuka dan berhadapan dengan sampah-sampah yang harus dipilah sebelum dijual kembali. Selain ancaman Covid-19, banyak diantara mereka saat ini menderita gejala Cikungunya dan Demam Berdarah. Sejauh ini (data: 2020) kasus DBD (Demam Berdarah Dengue) mencapai 3.618 kasus di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Anak-anak Sekolah Damai pun mengalami kondisi serupa. kurangnya pengawasan dan peringatan menyebabkan mereka terlihat jarang menggunakan masker ketika bermain dan beraktivitas. Selain belum bisa bersekolah seperti biasa, mereka pun tidak bisa belajar dengan maksimal saat ini. Situasi dan kondisi ini kian kompleks dan tentu makin berbahaya jika melihat data nasioal yang dicatat KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) per 29 Desember 2020, kasus positif Covid-19 di rentang usia 0-18 tahun, mencapai 82,710 anak. Sedangkan kasus anak tidak sekolah di jenjang umur 7-18 pada tahun 2019, sebelum pandemi mencapai 4,34 juta anak. Angka ini berpotensi semakin meningkat selama pandemi berlangsung.
Ini merupakan sebuah potret realita yang langsung dijumpai oleh Komunitas Sant’Egidio di salah satu pinggiran kota Yogyakarta, tetapi hal serupa juga dapat dijumpai di tempat lain di seluruh dunia. Pandemi telah melahirkan banyak kesulitan serta ragam masalah kesehatan, ekonomi dan sosial di daerah pinggiran. Lebih dalam dari itu, jika ingin melihat, mereka yang berada dalam kondisi paling rentan yaitu para lansia dan anak-anak sangat membutuhkan tanggapan dan perhatian serius yang “berbeda”, yang “baru”.
Saat ini Komunitas Sant’Egidio mulai mengupayakan pendampingan melalui sambungan telepon, (karena aktivitas Sekolah Damai secara rutin setiap minggu masih dibatasi) ditambah kunjungan berkala untuk menyalurkan bantuan berupa masker, juga akan menyusul obat nyamuk dan lain-lain untuk mencegah Demam berdarah.