Bulan maret ini tepat satu tahun pagebluk Covid-19 dinyatakan telah menyebar di Indonesia dan menjadi krisis kesehatan dunia. Sejak saat itu kondisi ekonomi, sosial dan kesehatan mendapat pukulan kuat serta menjadi perhatian serius di berbagai level dan masih menjadi sorotan utama seiiring naiknya angka-angka krisis yang begitu dinamis dan signifikan.
Dalam kurun waktu satu tahun ini, Sant'Egidio menyadari bahwa dampak hantaman krisis terjadi lebih parah kepada mereka yang berada dalam kondisi paling rentan, tenaga medis, para lansia yang terisolasi, anak-anak, orang dengan penghasilan rendah dan orang miskin yang sebelumnya telah berada dalam kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Data statistik menunjukkan jumah orang miskin naik 10,19 persen (September 2020) atau bertambah 2,76 juta orang. Hal ini linear terhadap naiknya jumlah bantuan sembako pada mereka yang selama ini berada dalam kesulitan, baik itu individu maupun keluarga.
Sejak Maret 2020 hingga saat ini, Mensa, Rumah Persahabatan Komunitas Sant’Egidio terus membuka pintu untuk mendistribusikan bantuan berupa makanan untuk sahabat-sahabat yang terpuruk. Sebelum pagebluk atau pandemi hadir awal Maret tahun lalu, Mensa secara rutin menyediakan kurang lebih 150 paket makanan seminggu sekali. Kebanyakan yang menerima bantuan adalah sahabat-sahabat pemulung. Namun setelah Pandemi hadir, jumlah itu naik menjadi 350 paket makanan. Dan selain pemulung, yang hadir saat ini untuk menerima bantuan juga berasal dari berbagai latar pekerjaan, terdiri dari Asisten Rumah Tangga, keluarga-keluarga Pedagang Asongan, Buruh dan keluarga berpenghasilan rendah lainnya. Terdiri dari 70 anak-anak dan sekitar 280 orang dewasa. Mereka mengetahui informasi keberadaan Mensa “dari mulut ke mulut”. Selain di Mensa, distribusi makan malam seminggu sekali untuk sahabat jalanan juga meningkat dari 80 menjadi 130 orang di dua tempat berbeda.
Angka-angka ini dengan jelas menunjukkan hadirnya ketidakpastian dan efek negatif pandemi yang menjalar begitu cepat masuk jauh ke dalam lapisan masyarakat paling bawah. Secara umum pagebluk ini juga menyoroti pentingya jaringan solidaritas yang kuat di kota-kota besar dengan komposisi masyarakat majemuk yang sangat tinggi. Saat ini Komunitas Sant’Egidio di Jakarta dan beberapa kota lainnya tengah membangun jaringan dan menggalang solidaritas dari berbagai pihak untuk menjawab permintaan bantuan yang terus meningkat.
Hal penting lainnya yang harus dikerjakan bersama, adalah membangun keberanian sosial dan memulihkan kembali harapan, khususnya bagi kaum marginal, para lansia, anak-anak, karena hanya dengan kebersamaan, harapan dan solidaritas krisis ini bisa dilewati dan masa depan layak diteropong.