Pagi ini, Presiden Republik Afrika Tengah, Faustin Archange Touadera, melakukan kunjungan Komunitas Sant'Egidio di Roma. Setelah percakapan yang cukup panjang dengan Pendiri Komunitas, Andrea Riccardi, Presiden di depan pers menjelaskan situasi negaranya, dimana Sant'Egidio telah bekerja beberapa tahun untuk membantu mewujudkan perdamaian.
“Setelah penandatanganan kesepakatan di Sant'Egidio - lanjut Presiden - meskipun ada masalah-masalah besar, seperti banyaknya para pengungsi, kami telah mencatat adanya proses gencatan senjata dari kelompok-kelompok bersenjata. Dalam waktu dekat akan dilaksanakan 'program pilot' gencatan bersenjata, dengan bersatunya 12 kelompok dari 14 kelompok bersenjata yang ada dan bergabungnya kembali mereka dalam masyarakat sipil atau dalam kelompok militer yang jumlahnya mencapai 600 pejuang.
Saat ini benar-benar akan dimulai gencatan senjata yang sungguh-sungguh dan kita berharap pada seluruh kekuatan militer di lapangan, termasuk dua kelompok yang belum bergabung dapat bergabung dalam kesepakan gencatan bersenjata”.
Setelah mengingat bantuan berharga bagi negaranya yang terwujud dari kunjungan bersejarah Paus Fransiskus pada November 2015 lalu dan gembira dengan ketertarikan dari korporasi dan para pengusaha italia pada Afrika Tengah, Presiden Touadera juga berbicara tentang sejumlah masalah yang ada di negaranya, dari kebutuhan akan bantuan ekonomi di beberapa daerah perang yang masih sulit dikontrol oleh pemerintah: "Kami percayakan" - katanya - kepada wewenang PBB melalui misi Monusca untuk mempercepat proses perdamaian”.
Il processo di pace nella Repubblica Centrafricana in 5 punti >>