KISAH JERRY MASSLO, 33 TAHUN KEPERGIANNYA DAN TAK BOLEH DILUPAKAN

Jerry Essan Masslo lahir di Umtata, salah satu Bantustan Afrika Selatan. Seorang anak petani. Menikah di usia sangat muda dan memiliki tiga anak. Ayahnya terbunuh dalam sebuah gerakan protes. Putrinya, yang baru berusia 7 tahun, juga terbunuh. Sejak itu pelarian Jerry dimulai: awal petualangannya dilakukan bersama saudaranya dengan sebuah perahu, kemudia ia melanjutkannya seorang diri. Setelah mencapai Nigeria, ia membeli tiket pesawat dengan menjual arloji dan gelang emas yang ia miliki.
 
Pada 2 Maret 1988, Jerry mendarat di Bandara Fiumicino (Roma), kemudian ia mengajukan suaka. Sayangnya saat itu, Italia hanya memberikan status pengungsi kepada pelamar dari Eropa Timur (dari negara-negara di bawah rezim komunis), dan oleh karena itu keinginannya untuk mendapatkan suaka ditolak. Jerry kemudian ditahan di bandara selama empat minggu. Amnesty International dan UNHCR bernegosiasi dengan Kementerian Dalam Negeri Italia dan akhirnya memperoleh izin masuk untuk Jerry ke Italia. Kemudian Jerry diakui sebagai pengungsi oleh PBB, tapi bukan oleh pemerintah Italia. Beberapa waktu kemudian Amnesty International meminta Komunitas Sant'Egidio untuk menerima pengungsi ini. 
 
Pada tanggal 3 Mei 1988, Jerry menjadi salah satu tamu pertama yang diterima di rumah pertama Komunitas untuk Pengungsi di Roma, Tenda di Abramo (Tenda Abraham). Semua orang diterima di sana, tanpa memandang kebangsaan dan agama. Untuk pertama kalinya, Jerry mengalami situasi yang sangat berbeda dari sistem apartheid yagn diberlakukan di negaranya. Dia terkejut ketika bisa duduk dan makan bersama di antara orang kulit putih. Dengan sikapnya yang terbuka, ia disukai banyak orang, juga dicintai oleh para imigran lainnya. Dia pandai memainkan gitar dan melalui musik membuat orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda menjadi dekat satu sama lain.
 
Jerry menghadiri kelas Sekolah Bahasa dan makan di Mensa komunitas Sant'Egidio. Dia mengambil bagian dalam acara-acara di Gereja Baptis. Dia adalah orang yang religius. Selama di bandara, dia meminta Alkitab, membaca, dan membolak-balik halamannya, ia menandai beberapa bagiannya. Kita dapat melihat dan merasakan bahwa ia telah merenungkan halaman-halaman Alkitab tersebut. Jerry juga merasa senang bertemu dengan Uskup Agung Desmond Tutu ketika mengunjungi Komunitas dan Tenda Abraham) pada tanggal 26 Maret 1988. Pada musim panas 1989, Jerry dan teman-temannya pergi ke Villa Literno (Caserta) untuk memetik tomat. Saya telah mengunjunginya. Dia sangat senang. Saya terkejut oleh kehancuran Villa Literno: sebuah kota dengan kondisi kehidupan yang sulit bagi semua orang, terlebih bagi para pekerja dari Afrika. Mereka merasa tidak diterima dan kerap bersembunyi.
 
Pada malam 24 Agustus, Jerry dan teman-temannya diserang di gubuk tempat mereka istirahat oleh anak-anak muda setempat dan mencoba mencuri sedikit uang yang mereka miliki, Jerry berusaha membela diri dan para penyerang menembaknya. Italia sangat terpukul dengan kabar kematian Jerry. Untuk pertama kalinya di Italia, pemakaman seorang pria kulit hitam disiarkan oleh televisi pemerintah (RAI). Wakil Perdana Menteri Claudio Martelli hadir bersama dengan pihak berwenang lainnya. Asosiasi dan serikat pekerja turut hadir. Pada bulan Oktober 1989 demonstrasi anti-rasis besar pertama terjadi di Roma: lebih dari 150.000 orang berkumpul. Pada November 1989, Andrea Riccardi menulis: "Perdebatan tentang Piala Dunia Ketiga di negara kita bergerak menuju solusi yang dulunya begitu cepat. Paradoksnya, pembunuhan Jerry Essan Masslo telah membuat jalan ini menjadi mungkin".

Dari kematian Jerry muncul hukum Martelli yang menghapus klausul geografis: sejak itu di Italia dimungkinkan untuk meminta suaka dari negara mana pun di dunia. Di saat yang sama, para pekerja asing yang telah berada di Italia dapat mengurus identitas dan keberadaan mereka dan sekitar 220 ribu imigran kemudian “Keluar” dari persembunyian mereka, hampir semua orang Afrika. Tidak lama setelah itu Asosasi Masyarakat yang dinamai Jerry Masslo lahir di Italia dan khususnya di Campania. Pada bulan September 1989 Sekolah Bahasa dan Budaya Italia Komunitas Sant'Egidio ‘Jerry Masslo’ diresmikan di Naples.

 
 
Mengenang Jerry Essan Masslo oleh Daniela Pompei